Kamis, 31 Mei 2012

Archaebacteria

Kelompok Archaebacteria merupakan organisme yang menempati daerah
yang ekstrim seperti sumber air panas dan air dengan kadar garam (salinitas)
tinggi. Para ilmuwan mengelompokkan Archaebacteria ke dalam tiga
kelompok, yaitu Metanogenik, Halofilik dan Termofilik (Start and Taggart,
1995: 352).


a. Metanogenik
Kelompok Archaebacteria ini bersifat anaerobik dan kemosintetik.
Bakteri ini memperoleh makanan dengan mereduksi CO2 menggunakan H2
menjadi metana (CH4). Hidup di rawa-rawa dan danau yang kekurangan
oksigen karena konsumsi mikroorganisme lain. Metanogenik juga berperan
dalam pembusukan sampah dan kotoran ternak. Metanogenik merupakan
bakteri utama dalam pembentukan biogas atau gas metana. Beberapa bakteri
metanogenik bersimbiosis dalam rumen herbivora dan hewan pengonsumsi
selulosa lainnya. Contohnya Methanosarcina mazei.


b. Halofilik
Bakteri Halofilik (halo: garam, philis: suka) ini hidup pada lingkungan
dengan kadar garam tinggi dan sebagian memerlukan kadar garam 10 kali
lebih tinggi daripada air laut untuk dapat hidup. Beberapa bakteri halofilik
dapat berfotosintesis dan memiliki zat warna yang disebut bacteriorodhopsin.


c. Termofilik
Sesuai dengan namanya (thermo: panas, philis: suka), Archaebacteria ini
hidup di tempat dengan suhu 60°C hingga 80°C. Beberapa bakteri termofilik
mampu mengoksidasi sulfur, seperti Sulfolobus yang hidup di mata air sulfur.
Bahkan, beberapa spesies mampu hidup dekat rekahan dasar laut dengan
suhu 105°C (Gambar 2.18b).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar