Seorang ikhwah baru saja menempati kostnya yang baru. Ia sendirian di kamar melepas lelah sambil menatap langit-langit. Kesibukan menyelenggarakan training keislaman di Musholla tadi membuat ia baru bisa merebahkan badannya sekarang. Suasana hening, karena penghuni kost lainnya sedang pulang kampung. Dari balik dinding masih sedikit terdengar percakapan Ibu pemilik kost dengan anaknya.
Anak : Bu
Ibu : Hmmm ?
Anak : BU !
Ibu : APA ?
Anak : Mmm, anu ... Saya tadi baru ikut pengajian rohis di Musholla sana itu. BU ! DENGERIN DONG !
Ibu : IYA ! Ibu ndengerin koq. Terus aja. Maaf, Ibu lagi repot nih. Susah banget masukin benang ke jarum ini sekarang. Rasanya mata ibu udah mulai rabun, 'kali ya ?
Anak : Bu !
Ibu : Apa sih ? Mau omong apa, Yang ?
Anak : Tadi, di sana seorang ustadz mbahas soal jilbab. Katanya pake jilbab itu wajib. Bu, Mulai sekarang saya mau pake jilbab. Gimana Bu ?
Ibu : Jangan ...
Sang ikhwah tadi dari balik dinding makin menajamkan perhatian pendengarannya.
Anak : Tapi itu perintah Allah. Kalau tidak patuh kita dosa, Bu. Boleh ya, saya mau pake jilbab ?
Ibu : Ibu bilang JANGAN ...
Anak : GIMANA SIH IBU INI. Anaknya mau berubah jadi baik koq malah nggak boleh. Pake jilbab itu banyak untungnya, Bu. Bisa langsung dikenali keislaman kita, kita juga nggak akan diganggu orang. Harga diri kita juga jadi terhormat. Gitu ... Gimana ? Boleh ya ?
Ibu : NGGAK !
Anak : Kenapa ? Atau ibu terpengaruh sama cerita Tante 'kali ya ? Bohong dia itu. Ustadz tadi bilang, jilbab itu bukan budaya Arab. Itu Syariat Islam. Islam yang shohih bukan sempalan. Dari dulu memang diwajibkan demikian, bukan trend baru-baru ini aja.
Ibu : Iya, iya Ibu ngerti. Tapi pokoknya JANGAN !
Anak : Jadi Ibu ngelarang saya nih... Pokoknya, Bu, saya mau tetep pake jilbab. Terserah Ibu mau bilang apa. Nggak ada ketaatan pada orang tua, kalau orang tua itu menyuruh maksiyat pada perintah Allah.
Ibu : Anak ini koq nggak ngerti amat sih. Ibu bilang jangan, jangan, JANGAN !!!
Anak : NGGAK, POKOKNYA BESOK SAYA MAU PAKE JILBAB. TITIK !
Ibu : JANGAN !
Anak : JILBAB !
Ibu : JANGAN !
Anak : JILBAB !!
Ibu : J A N G A N !!!
Anak : J I L B A A A A A A B !!!!
Sang ikhwah tadi sudah tidak dapat menahan keinginannya. Ia langsung keluar kamar, untuk bertemu ibu dan anak itu untuk membela yang menjadi keyakinannya. Tangannya sudah terangkat di depan pintu untuk mengetuk ....
Ibu : Jangan Joko, Jangan. Kamu khan laki-laki. ....
Ikhwah : :-O
===========================================================
Ada 3 orang profesional peserta sebuah seminar menginap di sebuah hotel berbintang lima, sebut saja mereka A, B, dan C. Mereka bergabung di kamar Suite mewah di lantai 75 di mana ada 100 lantai.
Setelah mengikuti seminar yang melelahkan sampai malam, mereka pulang kembali ke hotel mereka. Ternyata namanya apes, semua lift di hotel itu macet total. Mereka sudah cukup lelah untuk menunggu, lalu mereka sepakat naik menggunakan tangga darurat menuju kamar.
Sambil berjalan menuju pintu tangga darurat, si A punya usul, supaya kita nggak bosan naik tangga sebegitu banyak, bagaimana kalo mulai lantai 1 sampai 25, A akan menyanyikan sebuah lagu, lalu B akan menceritakan cerita yang lucu-lucu mulai lantai 26 sampai 50, dan akhirnya C menceritakan mengenai cerita sedih mulai lantai 51 sampai 75.
Lalu mereka setuju. OK-lah daripada nanti kita bosan
Si A mulai menyanyi dengan baik ... lantai 25 sudah terlalui .... mulai B melucu ... tidak terasa lantai 50 hampir selesai .... akhirnya sampai ke lantai 51 ... mulailah C menceritakan cerita sedih....
C bilang ... saya mulai cerita sedih yang pertama ... yaitu ....
"SAYA LUPA MEMBAWA KUNCI KAMAR KITA YANG TERTINGGAL DI MOBIL!!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar