Senin, 11 Juni 2012

Tips Agar Anak Terhindar dari Bully

[imagetag]
Gangguan-gangguan dan intimidasi semacam bully di sekolah masih dianggap sepele oleh sebagian orang. Tak heran, jika calon korban maupun pelaku tidak pernah diberikan keterampilan sosial dan emosional yang mereka butuhkan. Padahal, perilaku ini memengaruhi perkembangan psikologis anak, baik korban maupun pelaku.

Ada cara agar menghindarkan anak menjadi korban intimidasi temannya. Pelajaran mengenai budaya kebaikan dan dorongan untuk mengembangkan persahabatan yang kuat dapat mencegah isolasi sosial tersebut.

Membangun diskusi dengan anak

"Biasanya, target mereka adalah anak-anak yang tidak memiliki kepercayaan diri atau yang terisolasi karena depresi, masalah kesehatan mental, cacat atau perbedaan dalam ukuran dan bentuk," kata Malcolm Smith, spesialis kebijakan dan pendidikan keluarga di University of New Hampshire yang telah meneliti korban selama lebih dari 30 tahun.

Smith menjelaskan, jika Anda khawatir bila anak Anda dapat menjadi korban, hal terbaik yang dapat dilakukan orangtua adalah berdiskusi dengan anak dari usia yang sangat muda, saat usia prasekolah. Orangtua pun harus membantu anaknya dalam membangun hubungan dengan teman-teman mereka.

Psikolog Joel Haber, konsultan dalam film dokumenter berjudul "Bully" mengatakan bahwa anak-anak juga harus memiliki "teman cadangan" di luar sekolah, bisa dari forum olahraga, kesenian, atau kelompok agama.

Keterampilan emosi

Haber mengatakan kebanyakan anak mampu mempelajari keterampilan emosi. Tujuannya adalah untuk membuat diri mereka tidak terlalu "menonjol" atau jadi target di antara para penganggu di sekolahnya.

"Katakanlah Anda salah satu dari anak-anak yang, ketika saya mengolok-olok pakaian Anda, Anda akan benar-benar marah. Jika Anda menanggapi cibiran itu dengan cara lain, meski sebenarnya Anda sedang marah, Anda akan mendapat reaksi yang berbeda dari si pengganggu. Dan bila mereka tidak jadi mengusili Anda, keyakinan dan rasa percaya diri Anda pun akan naik," ungkap Haber.

Orangtua dapat membantu anak dengan tidak menabukan percakapan tentang kehidupan sosial sekolah, sehingga anak-anak merasa nyaman membicarakannya. Jangan hanya bertanya "Bagaimana sekolahmu hari ini?" Tanyakan pada anak-anak, "Siapa yang makan siang denganmu, siapa yang duduk di sebelahmu, siapa yang bermain denganmu, apa yang terjadi di bus, apa kamu pernah melihat temanmu dijahili atau dikucilkan?"

Bahasa tubuh

Para penganggu anak di sekolah dapat melihat bahasa tubuh yang takut. Jika seorang anak berpura-pura berani atau mencoba untuk mengalahkan si pengganggu dengan kata-kata verbal, si pengganggu akan segera melihat kelemahan tersebut.

"Ini adalah tentang respek dan kepercayaan diri," ungkap Suhay, salah seorang ibu. "Saya tidak mengajarkan anak untuk berbicara empat mata dengan mereka dengan pura-pura berani. Anak yang benar berani bisa terlihat dari bahasa tubuhnya," katanya.

Agar Anak tidak jadi seorang pengganggu

Para pengganggu biasanya adalah anak yang diabaikan, disalahgunakan, atau dibesarkan di sebuah rumah otoriter di mana hukuman adalah norma.

Faktor kurangnya disiplin dalam keluarga juga sama buruknya karena anak-anak jadi tidak memiliki batas. Mereka pun merasa berhak untuk apapun yang mereka inginkan. Imbasnya, mereka bisa ikut-ikutan menjadi tukang usil di sekolahnya.

Sekolah dan orangtua harus menciptakan budaya di mana kejahatan tidak akan ditolerir. Anda dapat mengajarkan batasan-batasan fisik kepada anak-anak, seperti memukul, mendorong dan menggoda. Tanyalah kepada mereka, "Bagaimana perasaanmu jika seseorang melakukan itu padamu?"

Anak-anak cenderung mudah untuk dibentuk. Tak heran jika anak-anak dapat diajarkan bahwa berbuat baik adalah sesuatu yang menyenangkan, sama dengan bermain. Beberapa anak yang senang mengganggu dan menggertak membutuhkan bantuan, seperti belajar membaca isyarat-isyarat sosial.

Beri contoh yang baik

"Bila Anda tipe orang yang terus mengkritik, Anda tidak sadar bahwa model perilaku tersebut dapat dijadikan contoh bagi anak-anak Anda," ujar Haber.
#ad2fcb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar